Powered By Blogger

Sabtu, 23 Agustus 2014



SEMUA ADA SEBABNYA

Namaku Imanuela Frida, biasa dipanggil Frida. Sekarang ini aku bersekolah di salah satu SMK di Surabaya.  Dari kecil aku memang kelihatan manja, ya karena aku ini anak tunggal.  Tapi semua itu berubah, semenjak kepergian ayahku.  Serangan jantung yang tak bisa dicegah, membuatku kehilangan papaku untuk selamanya.  Emosi mama sering tidak terkontrol, mungkin mama belum terbiasa dengan hal ini, apalagi bila mama harus bekerja membanting tulang untuk memenuhi semua kebutuhanku.
“Frida, tadi pagi kamu lupa sama pesan mama ya? Mama suruh buang sampah malah nggak dibuang, pakaian numpuk kayak gitu belum diantar ke laundry sampai sekarang.” Kata mama mengagetkanku sewaktu aku masuk ke rumah.
“ Ya ampun ma. Aku tu baru pulang, udah disuruh ini itu, sebentar dong ma,aku kan mau istirahat dulu.” Jawabku agak kesal.
“Kerjaan mesti ditunda, nanti ujung-ujungnya nggak dikerjain.” Kata mama.
“Ahh…. Mama itu, ya ya ma… nanti aku kerjain” jawabku meninggalkan mama.
Aku sebal, mama sekarang jadi sering marah, aku nggak salah pun selalu dimarahin.  Pernah aku cerita kepada tanteku, tapi kata tanteku, hal itu wajar, dan harus ku maklumi, ya karena itu tadi, mamaku banyak pikiran.  Tapi kenapa jika orangtua sedang banyak pikiran, yang kena imbas selalu anaknya? Huuuhhh…. Aku jadi sebal.  Kalau sudah jam pulang sekolah, aku biasanya ngobrol-ngobrol di sekolah dulu, aku malas kalau di rumah disuruh ini itu, tugas sekolah kadang ketinggalan, belum lagi kalau dimarahin.
“Frida, kamu kok belum pulang? Dah siang lho.” Tanya Fita.
“ah, males. Paling di rumah kena marah mulu” jawabku.
“Kamu jangan gitu,Da.  Mungkin saja kamu memang punya salah.  Mama kamu sering negur kamu, karena dia sayang sama kamu.” Kata Fita mencoba menenangkanku.
“Termasuk nggak boleh main sama temen-temen? kegiatanku sehari- hari cuma di rumah dan sekolah mulu. Bosen tahu nggak? Aku tu sudah besar, udah bisa jaga diri.”jawabku.
Pulang rumah, aku masuk ke kamar, ternyata mama sedang tidak ada di kamar, ternyata sedang pergi ke tempat saudara. Ku ganti pakaianku dengan pakaian rumah, cuci kaki, kemudian tidur.
“Frida! Bagus ya, cucian banyak kayak gitu kamu malah enak-enakan tidur. Belum nyapu pula.” Teriak mama mengagetkanku.
“Ya ampun ma. Aku itu capek.” Jawabku kesal.
“Mama memangnya nggak capek? Seharian kerja, pulang pergi belanja, masak” jawab mama.
“Ahhh…. Ya ya” jawabku kesal.
Aku langsung keluar kamar, mengambil sapu, mama yang melihat kelakuanku itu menjadi geram.
“Kalau nggak niat, mending nggak usah disapu.” Kata mama.
“Halah, terlanjur.” Jawabku meninggalkan mama.
“Sini dulu, Da. Kamu kenaa sekarang jadi kurang ajar sama mama? Dulu waktu SMP kamu nggak kayak gini. Semenjak kamu masuk ke SMK itu, kamu jadi nggak karuan gini kelakuannya. Kumpulannya nggak bener” kata mama.
“ Tapi kenapa waktu aku masuk ke SMK itu, mama nggak ngelarang? Toh itu juga bukan salah teman-teman. Mama aja yang berubah. Ma, aku itu iri dengan teman- teman, mereka ke sekolah naik motor, punya BB, punya Android, punya laptop, boleh pergi – pergi. Sedangkan aku? Di rumah, sekolah, rumah, sekolah, mana ada hiburannya? Aku kira di rumah aku bisa nenangin diri, katanya rumahku surgaku, tapi kalau begini, apa masih bisa disebut surga? Yang ada neraka,Ma.Neraka!!” Teriakku.
Mama menangis, ia berlari ke kamar dan menutup pintunya. Aku menyesal sudah berbicara seperti itu. Aku keterlaluan. Akupun menangis. Ku mencoba mengetuk pintu, kubuka pintu kamarku perlahan. Dengan menangis, aku mendekati mama.
“Ma… Maafin aku, ma. Aku keterlaluan.” Kataku minta maaf.
“Da, mama nggak bermaksud membuat kamu jadi terkekang di rumah, mama juga bukannya nggak ngabulin permintaan kamu, tapi mama memang nggak bisa. Untuk membayar uang sekolah kamu aja kesusahan,Nak. Asal kamu tau. Tabungan mama sudah habis, maka dari itu mama nggak bisa nyewa pembantu untuk membantu kerjaan mama, mama nggak bisa beliin kamu motor dan lain-lain. Juga uang sekolahmu, selama ini yang membantu membayar itu tantemu” jawab mama.
Sontak, aku langsung memeluk mama, tangisanku semakin kencang, aku tak bisa menahan kesedihanku, penyesalan atas apa yang kulakukan kepada mama. Aku berdosa, aku keterlaluan.
“Mama, maafin aku ma. Aku.. aku udah berdosa banget sama mama. Aku janji, ma. Bakalan merubah sikap dan sifatku, aku bakal lebih rajin membantu mama.” Kataku dipelukan mama.
“ya, Nak. Kamu sudah mama maafkan. Ingat ya nak, janji itu harus ditepati. Ya sudah, sana kamu mandi dulu” kata mama menenangkanku.
“ ya ma. Aku mandi dulu ya” jawabku
Semejak itu, aku mulai mengerti mama.  Jika mama menegurku, atau marah padaku, aku akan lebih bersabar, juga aku akan lebih banyak membantu mama, sehingga pekerjaan mama menjadi ringan.

Selasa, 12 Agustus 2014

Wejian ceilah yang sayang ama sahabat-sahabatnya, hehehe.. Aku juga kok.. Nih, aku punya lagu buat nyemangatin kalian n sahabat kalian, smoga bisa terus saling mendukung, menghibur satu sama lain pas lagi ada masalah...

LYLA - DENGAN HATI

Mentari tetap bersinar 
Bintang pun terus berpijar 
Awan teduhkan langkahmu 
Taman hati pun terbuka 
Bermainlah kau di sana 
Rindu memeluk senyummu 

Di saat engkau lelah 
Bersandarlah di bahu ternyaman ini 
Terlelaplah, bermimpilah 
Lepaskan segala lara 

Kau harus tahu kami di sini untukmu 
Temanimu dengan hati 
Lupakan semua keluhanmu tentang dunia 
Bernyanyilah dengan hati 

Mentari tetap bersinar 
Bintang pun terus berpijar 
Awan teduhkan langkahmu 

Di saat engkau lelah 
Bersandarlah di bahu ternyaman ini 
Terlelaplah, bermimpilah 
Lepaskan segala lara 

Kau harus tahu kami di sini untukmu 
Temanimu dengan hati 
Lupakan semua keluhanmu tentang dunia 
Menarilah dengan hati 

Kau takkan mengerti bila tak pernah mencoba 
Bahkan bintang butuh gelap untuk terus bersinar 
Kau harus tahu kami di sini untukmu Temanimu (temanimu) dengan hati 
Lupakan semua (lupakan semua) 
Keluhanmu tentang dunia (tentang dunia) 
Menarilah dengan hati (dengan hati) 
Kau harus tahu kami di sini untukmu 
Temanimu (temanimu) dengan hati 
Lupakan semua (lupakan semua) 
Keluhanmu tentang dunia (tentang dunia) 
Menarilah dengan hati (dengan hati)